Refleksi Memori Indah Karya Anak Bangsa, Musikal Laskar Pelangi

Hari ini saya diingatkan akan salah satu moment berharga setelah saya melihat gambar ini. Memori itu masih membekas di ingatan saya. The best musical ever \m/

Yap. Teater Musikal Laskar Pelangi, adalah sebuah pertunjukan drama musikal yang diangkat dari tetralogi novel Bestseller karya Andrea Hirata yang juga telah di filmkan ke layar lebar pada tahun 2008. Siapa yang tidak tahu kisah Laskar Pelangi, film dan novel ini telah menyita perhatian banyak manusia di bumi Indonesia ini bahkan di luar Indonesia. Saya adalah salah satu dari berjuta-juta penduduk yang sangat bangga bisa membaca dan menyaksikan maha karya Andrea Hirata.

 Beberapa tahun setelah kesuksesan novel dan film Laskar Pelangi yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dengan judul The Rainbow Troops ini, membuat seorang produser terkenal Mira Lesmana menciptakan suatu gebrakan yang membanggakan dunia pertunjukan Indonesia. Mira Lesmana bekerjasama dengan seniman-seniman papan atas tanah air seperti Riri Reza, Erwin Gutawa, Toto Arto, Jay Subiyakto serta Hartati untuk sama-sama menyajikan kisah Laskar Pelangi menjadi seni pertunjukan multi dimensi, menggabungkan musik, dialog, gerak tari, dan estetika tata panggung menjadi satu, yaitu cerita yang memukau dan membekas diingatan para penikmatnya, salah satunya saya. hehe.

Saya tidak pernah merasa menyesal telah menabungkan uang jajan saya hanya untuk menonton kisah Laskar Pelangi yang diangkat ke panggung teater yang tidak saya ketahui isi dalamnya seperti apa, karena hari itu adalah pengalaman pertama saya menonton teater secara langsung. Saya sangat antusias berapi-api untuk mendapatkan tiket pertunjukan yang terbilang tidak murah dan cepat sold out per harinya. Bersama seorang teman, pada tanggal 9 Juli 2011 saya meluncur ke Taman Ismail Marzuki untuk pertunjukan yang sangat dinanti-nanti itu. Pukul 19.00 WIB kami telah masuk ke dalam gedung teater yang bagi orang awam seperti saya adalah WAW. Kami sangat bersemangat pada saat itu, gugup bahkan lebih gugup dari pada pemain teater yang sedang bersiap disana. And I am ready for the show time!!!

Musik dari orchestra garapan Erwin Gutawa mulai mengalun, tirai terbuka, saya ternganga. What a beautiful stage. Saya takjub melihat Belitong ada di depan mata saya. Benar-benar tata panggung yang sangat memukau hasil karya creator-creator hebat anak bangsa. Saya menaikkan alis ketika melihat tulisan "DILARANG MASUK BAGI YANG TIDAK PUNYA HAK.”

Oh ternyata itu set pabrik timah di Belitong, para buruh timah langsung membentuk formasi menyanyikan lagu pembuka, meneriakan nasib mereka dengan lagu yang berjudul Nasib Tak Akan Berubah, seakan memberitahu penonton beginilah tinggal di Belitong, nasib tak akan berubah, hanya bisa jadi buruh timah, bertani, berdagang, dan beberapa jadi guru.

Musikal Laskar Pelangi ini tidak bergerak jauh dari cerita di novel dan filmnya. Meskipun begitu, saya tidak merasa bosan sedikitpun menyaksikan rangkaian kisah terkemas apik yang berdurasi lebih kurang 3 jam itu. Lagu-lagu merdu yang dipadu beragam gerakan tari, tata panggung dan acting yang diperankan oleh para pemain berbakat mulai dari anak kecil sampai dewasa membuat saya berdecak kagum, bahkan mata saya tidak terlepas dari aktifitas mereka di panggung. Awan yang berarak, padang rumput, ombak yang beriak, hujan dan pelangi yang sangat indah.Penonton seakan terbawa akan suasana dalam kisah kehidupan di Belitong. 

Sangat tergambar jelas bagi saya kuatnya pengalaman masa kecil yang penuh dengan keterbatasan dan semangat pantang menyerah yang di gambarkan anak-anak Belitong. Jujur menonton teater ini sangat menguras emosi. Kadang gelak tawa penonton memecah ke langit-langit saat melihat kepolosan dan keluguan anak-anak Laskar Pelangi yang berkelakar, bernyanyi dan menari mengungkapkan isi hati mereka. Yang lebih lucunya lagi saat Ikal bertemu jari-jari cantik Aling saat membeli kapur, dia bertingkah seakan keracunan jari-jari mulus. Haha.

Beginilah penggalan lagu yang dinyanyikan Ikal

"Apakah ini gerangan
Yang sedang ku rasakan
Dunia seperti berputar
Badanku bergetar
seperti ada kupu-kupu
Menari dalam perutku

Siapakah engkau gerangan
Putri dari kayangan
Jemarimu begitu cantik
Hatiku tergelitik
Seperti ada kupu-kupu
Menari dalam dadaku..."

 Ikal yang terpesona dengan Aling

Kadang penonton terbawa haru dan kesedihan saat meninggalnya Pak Harfan, perpisahan dengan Lintang yang harus menjadi tulang punggung keluarga sepeninggal ayahnya. Semua emosi itu sukses diarahkan oleh setiap elemen dimensi di atas panggung tersebut. Disini saya yakin bahwa karya negri sendiri tidak kalah menarik dengan karya di Broadway sana. Karena telah terbukti Indonesia bisa menghasilkan mahakarya yang bernilai tinggi, yang didalangi oleh para creator dan anak-anak bangsa berbakat lainnya. Seperti pada akhir teater ini, mereka mengubah lagu pembuka yang tadinya "Nasib Tak Akan Berubah" menjadi "Nasib Telah Berubah." Nah jika rakyat Belitong bisa merubah nasib mereka dengan keluar dari tempurung yang menutup dunia mereka, maka dunia berkesenian di Indonesia juga pasti bisa keluar juga dari tempurung itu. Jika pertunjukan seperti ini makin banyak jumlahnya saya yakin Indonesia layak bersaing di dunia Internasional dan dinantikan oleh dunia. Amin ya..

*sumber gambar saya download dari google

*untuk informasi tentang Musikal Laskar Pelangi, lets check http://www.musikallaskarpelangi.com/